Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan prediksi transaksi mamin halal dari Indonesia kian menanjak per tahunnya. Ia mengatakan pasar konsumsi mamin penduduk Muslim pada 2016 lalu diestimasikan sebesar US$169,7 miliar.
"Pengeluaran konsumsi nilai transaksi makanan halal global pada 2016 mencapai US$1,2 triliun atau 17 persen dari pengeluaran konsumsi makanan secara global," ungkap Darmin, Rabu (25/7).
Besarnya potensi transaksi penduduk muslim di Indonesia, kata Darmin, mengartikan mayoritas masyarakat dalam negeri masih menjadi target konsumen, baik dari barang impor maupun produk lokal.
"Indonesia kelihatannya masih menjadi konsumen, bukan menjadi pelaku utama menghasilkan (produk) di dalam kancah global," ujar Darmin.
Selain itu, industri halal lainnya yang menjadi incaran masyarakat Indonesia, yakni industri farmasi. Jumlah konsumsinya pada 2016 lalu tercatat US$5,7 miliar. Kemudian, tingkat konsumsi kosmetik halal juga cukup tinggi sebesar US$3,7 miliar.
Sementara itu, tingkat belanja busana halal di Indonesia pada 2016 lebih tinggi dari farmasi, yakni US$13,5 miliar. Bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi busanan halal secara global, angka itu berada dalam peringkat kelima.
"Dari sisi produksinya, Indonesia tidak termasuk dalam lima besar negara pengekspor busana musim terbesar dunia," sambung Darmin.
Aset Keuangan Syariah
Beberapa industri tersebut merupakan sebagian contoh perkembangan di sektor riil. Sementara itu, Darmin memaparkan total aset keuangan syariah di Indonesia juga menanjak setiap tahunnya.
Menurut Darmin, total aset keuangan syariah Indonesia pada 2016 sebesar US$47,6 miliar dan pada tahun lalu naik menjadi US$81,8 miliar. Peningkatan itu membuat peringkat aset keuangan syariah Indonesia secara global menjadi ketujuh dari sebelumnya berada di peringkat sembilan.
"Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Maret 2018 total aset keuangan syariah Indonesia US$82,3 miliar, pangsa pasar tersebut 8,4 persen terhadap keuangan secara nasional," terang Darmin.
Secara terpisah, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro berharap Indonesia tak hanya menjadi konsumen semata. Sebab, jika produksi industri halal Indonesia bisa diekspor maka akan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan.
"Pemerintah harus secara jeli dan cermat dapat memantau komoditas yang permintaannya tinggi, yang salah satu diantaranya adalah permintaan akan produk halal," tutur Bambang.
Bambang menjabarkan pada kuartal I 2018 neraca transaksi berjalan defisit sebesar US$5,5 miliar. Kondisi itu dipicu oleh defisit neraca pendapatan primer yang defisit sebesar US$7,9 miliar dan defisit pendapatan jasa sebesar US$1,4 miliar.
"Jadi neraca pembayaran Indonesia defisit yang cukup besar, yaitu sebesar US$ 3,9 miliar," pungkas Bambang. (lav)
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180725161122-92-316914/2030-potensi-transaksi-makanan-minuman-halal-capai-us-1-tBagikan Berita Ini
0 Response to "2030, Potensi Transaksi Makanan-Minuman Halal Capai US$1 T"
Post a Comment