Search

Minuman Boba Naikan Permintaan Sewa Pusat Perbelanjaan - Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Boba, minuman manis kekinian dilaporkan turut mendorong tumbuhnya sewa pusat perbelanjaan di Tanah Air.

Director and Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus menuturkan jenis minuman ini telah memiliki beragam variasi. Meski begitu peminat minuman ini tetap tinggi sehingga pembeli rela antre.

“Saking ramainya, mereka [varian minuman dengan boba] juga ekspansi ke kota besar lainnya seperti Medan, Surabaya, Bali, Bandung and Semarang. Jadi [pusat perbelanjaan] yang keterisiannya naik tak hanya di Jakarta,” kata Anton, Sabtu (1/2/2020).

Beragamnya makanan dan minuman yang menyasar generasi milenial ini membuat tingkat okupansi ritel modern semakin tinggi. Tercatat keterisian naik menjadi 89,6% di 2019 dari sebelumnya 87,9%. Ini terjadi di seluruh segmen pusat belanja.

Savills Indonesia mencatat keterisian mal kini untuk kelas mewah mencapai 95,5 persen, kemudian mal kelas atas 94,1 persen dan kelas menengah atas 83,3 persen,  sementara menengah bawah 92 persen.

Kendati tingkat okupansi bertumbuh, namun harga sewa diperkirakan masih akan bergerak mendatar. Hal ini lantaran pemilik lahan ingin fokus untuk mempertahankan penyewa mereka dan menarik tenant yang baru.

Savills menyebutkan beberapa pemain internasional akan segera masuk ke pasar ritel Jakarta, di antaranya brand Eben dari Hong Kong, Karuizawa dari Jepang, Pizza Maru dari Korea Selatan, Yogurtland dari Amerika, Ben Gong’s Tea dari China, Maki-san dari Singapura.

Para pengembang juga melihat peluang ini dengan hadirnya tiga pusat perbelanjaan baru pada tahun lalu.  Secara keseluruhan tambahan ruang mencapai 24.000 meter persegi. Tiga pusat perbelanjaan baru ini menyasar kelas menengah atas yang fokus menunjang gaya hidup dengan tenant makanan, minuman, dan hiburan. Dengan adanya tambahan pasok tersebut, total pasok ritel untuk di sewakan di Jakarta mencapai 3,1 juta meter persegi.

Adapun, secara kelas, proporsi pusat belanja paling banyak datang dari kelas menengah atas yang jumlahnya mencapai 41 persen dari seluruh pasok yang ada. Sedangkan kelas atas 33 persen, kelas mewah 13,5 persen dan kelas bawah 12,5 persen.

“Dilihat secara lokasi saat ini paling banyak masih di Jakarta Selatan sebanyak 38 persen. Disusul Jakarta Utara 20 persen, Jakarta Barat 19 persen, Jakarta Pusat 15 persen, 8 persen sisanya ada di Jakarta Timur padahal jumlah penduduknya paling banyak se-Jakarta,” ungkapnya.

Menurutnya, perubahan gaya hidup membuat pengelola tidak lagi harus khawatir propertinya kosong. Dengan melakukan renovasi dan menghadirkan hal baru dalam mal maka pengunjung akan kembali datang. Terbukti renovasi dan pembaruan yang dilakukan di sejumlah pusat belanja sudah berhasil menarik tenant untuk mengisi.

“Contohnya, ada ruang kosong yang tadinya dipakai oleh department store yang kemudian tutup, sekarang bisa dimodifikasi dan disewakan menjadi ruang-ruang yang lebih kecil dan lebih khusus serta memiliki keunikan masing-masing,” imbuhnya.

Secara umum, Anton melanjutkan, sektor properti ritel di Jakarta tetap menarik meskipun masih harus berkompetisi dengan industri dagang elektronik. Selain itu, dengan semakin banyaknya orang mampu dan terus bertumbuhnya jumlah anak muda, pasar ritel Jakarta tetap menarik, termasuk peritel internasional, terutama di bidang makanan, minuman, dan pakain.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :
properti

Let's block ads! (Why?)

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200202/47/1196383/minuman-boba-naikan-permintaan-sewa-pusat-perbelanjaan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Minuman Boba Naikan Permintaan Sewa Pusat Perbelanjaan - Bisnis.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.