PT GGP mengembangkan lahan pertanian yang mencapai 33 ribu hektare, untuk mendukung bahan baku yang digunakan di pabrik Terbanggi, Lampung Tengah. Sehingga bahan baku lokal dapat diolah menjadi produk bernilai tambah untuk pasar ekspor.
Guna memacu daya saingnya, PT GGP telah mendapatkan fasilitas subkontrak kawasan berikat yang baru diberikan pertama kali oleh pemerintah.
Diharapkan fasilitas ini mampu menekan faktor biaya produksi menjadi lebih efisien sehingga mendorong peningkatan hasil panen kelompok tani utamanya produk pisang segar di Kabupaten Tanggamus, Lampung Timur.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, Abdul Rochim mengungkapkan, berdasarkan hasil kinerja PT GGP tersebut, memberikan harapan besar untuk masa mendatang industri makanan dan minuman nasional akan terus berkembang, serta memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Industri makanan dan minuman mampu menunjukkan kinerja yang gemilang, dengan pertumbuhan sebesar 9,74 persen pada periode Januari-September 2018. Capaian itu jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,17 persen di periode yang sama. Selain itu, berkontribusi sebesar 35,73 persen terhadap PDB industri nonmigas.
"Sektor industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar karena didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang besar," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Industri Makanan dan Minuman Berpotensi Genjot Devisa"
Post a Comment